HUBUNGAN FAKTOR RIWAYAT ATAU KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KEPULAUAN LAHAN KERING oleh kel 11

 

HUBUNGAN FAKTOR RIWAYAT ATAU KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KEPULAUAN LAHAN KERING

Dosen MK. Dasar Ilmu Gizi : DR. Intje Picauly

  


         DISUSUN OLEH KELAS D

1.      YOHANA FARIDA MERDIANI (2007010213)

2.      ANDIEN RAMBU LIKA (2007010151)

3.      ERLINA RUMILYAH TUTCYANI BAIFETO (2007010217)

4.      NOVIANTI ROSANA PRIANGAN (2007010111)

5.      NOVIANY BURENI (1807010145)


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021


 

KATA PENGANTAR

                                     

            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun tugas  Makalah Hubungan Faktor Riwayat atau Kejadian Penyakit Infeksi dengan Kejadiaan Stunting di Wilayah Kepulauan Lahan Kering. Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan mata kuliah Dasar Ilmu Gizi . Makalah ini telah diupayakan agar dapat sesuai dengan apa yang diharapkan dan dengan terselesainya makalah ini sekiranya bermanfaat bagi pembacanya. Makalah ini kami sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar kiranya kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang perlunya sebuah tugas agar menjadi bahan pembelajaran.  Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerja sama berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan rasa syukur yang tulus kepada Tuhan YME, serta ucapan terima kasih kepada teman-teman, berkat kerja samanya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

            Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini selanjutnya.

           

                                                                                                            Kupang, 1 Januari 2021

                                                                                                                        Penyusun

         Kelompok 11



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. ii

A. Batasan Istilah Menurut PAKAR.. 4

1.1. Istilah/Pengertian Stunting. 4

1.2. Istilah/Pengertian Penyakit Infeksi 5

1.3. Istilah/Pengertian Kepulauan Lahan Kering. 5

B. Review Hasil Penelitian terdahulu. 6

C. Pembahasan                                                                                                                              DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11


 

 

A.     Batasan Istilah Menurut PAKAR

1.1. Istilah/Pengertian Stunting

            Berikut beberapa definisi dan pengertian Stunting menurut para Ahli/Pakar :

·         Menurut Trihono dkk (2015) : Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks BB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/stunted) dan <-3 SD (sangat pendek/severely stunted). 

·         Menurut Millennium Challenge Account (2014) : Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan zat gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. 

·         Menurut WHO (2006) :Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

·         Menurut UNICEF :Stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.

·         Menurut Kemenkes RI (2016) : Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada parameter Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), hasil pengukuran antropometri berdasarkan parameter tersebut dibandingkan dengan standar baku WHO untuk menentukan anak tergolong pendek (<-2 SD) atau sangat pendek (<-3 SD).   

 

        1.2. Istilah/Pengertian Penyakit Infeksi

ü  Mazni R (2008) MENYATAKAN BAHWA Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan bersifat sangat dinamis. Secara umum, proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktor manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan.

ü  Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit infeksi atau penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit. Penyakit ini bisa menyebar secara langsung maupun tidak langsung dari satu orang ke orang lain.

ü  Putri (2010) MENYATAKAN BAHWA Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia.

ü  Brooks (2013) berpendapat bahwa Penyakit Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, vrion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga menyebabkan kerusakan organ.

       1.3. Istilah/Pengertian Kepulauan Lahan Kering

ü  Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Kelautan, kepulauan adalah suatu gugusan pulau, termasuk bagian Pulau dan perairan di antara pulau-pulau tersebut, dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lain demikian erat sehingga pulau-pulau, perairan, dan wujud alamiah lainnya itu merupakan satu kesatuan geografi, ekonomi, pertahanan dan keamanan serta politik yang hakiki atau yang secara historis dianggap sebagai demikian.

ü  Soil Survey Staffs (1998) dalam Haryati (2002) menyatakan bahwa lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun.

ü  Suwardji (2003) Kesepakatan pengertian lahan kering dalam seminar nasional pengembangan wilayah lahan kering ke 3 di Lampung : (upland dan rainfed) adalah hamparan lahan yang didayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman dengan sumber air berupa hujan atau air irigasi.

B. Review Hasil Penelitian terdahulu

         Beberapa hasil penelitian terkait yang telah dilakukan sebelumnya adalah :

1.      Gustaf Oematan, dan Utma Aspartia. 2013. Faktor-Faktor Penentu Kejadian Gizi Buruk Stunting di Daerah dengan Karakteristik Pertanian Lahan  KeringKabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil yang diperoleh : Empat (4) faktor yang tidak berpengaruh terhadap stunting adalah : Besar Keluarga, Prioritas Konsumsi Balita, Jumlah Balita dan Tingkat Pendidikan Ibu di Desa Hueknutu. Sumber : https://pergizipanganntt.id/ejpazih/index.php/filejurnal/article/view/88

2.      Marselinus Laga Nur dan Lewi Jutomo. 2020. Deteksi Dini Stunting pada Jemaat GMIM Kapernaum Tenau. Hasil yang diperoleh : Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kejadian stunting adalah karakteristik keluarga (pendidikan ibu dan pekerjaan ibu), asupan makanan (tingkat kecukupan energi dan protein), pola asuh yang meliputi pemberian ASI Eksklusif,

pelayanan kesehatan yang meliputi status imunisasi, penyakit infeksi (Diare dan ISPA) dan pemanfaatan sarana sanitasi dasar. Sumber : http://pergizipanganntt.id/ejpazih/index.php/jpmkelaker/article/view/73

3.      Esther Gaspersz, Intje Picauly dan Marsida Sinaga. 2018. Hubungan Faktor Pola Konsumsi, Riwayat Penyakit Infeksi dan Personal Hygiene dengan Status Gizi Ibu Hamil di Wilayah Lokus Stunting Kabupaten Timur Tengah Utara. Hasil yang diperoleh : Faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi ibu hamil adalah pengetahuan ibu tentang gizi (ρ= 0,002), dan personal hygiene (ρ= 0,014), sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan pola konsumsi  ibu hamil adalah riwayat penyakit infeksi (ρ= 0,464). Faktor pengetahuan ibu tentang gizi (ρ= 0,002) merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi pola konsumsi ibu hamil dengan nilai OR sebesar 49,333. Untuk dapat meningkatkan pengetahuan ibu, maka diperlukan informasi yang lengkap terkait pola konsumsi yang baik dan gizi seimbang bagi ibu hamil. Sumber : https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hubungan+faktor+pola+konsumsi+riwayat+penyakit+infeksi+dan+personal+hygiene+dengan+status+gizi+ibu+hamil+di+wilayah+lokus+stunting+kabupaten+timur+tengah+utara&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DSWaKLXQ4ldMJ

4.      Intje Picauly, Noorce Ch. Berek dan Dianna Apipideli. 2020. Pentingnya Sarapan Sehat dalam Meningkatkan Prestasi Siswa dan Pencegahan Stunting pada Pelajar SMP Negeri 16, Kelas lX Kota Kupang. Hasil yang diperoleh : Dari 35 anak, yang tidak sarapan pagi sebanyak 31 orang siswa. Semua siswa mempunyai ketertarikan dan peningkatan keterampilan dalam menentukan status gizi serta memilih jenis pangan atau makanan serta jajanan yang sehat bagi tubuh mereka. Sumber :https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pentingnya+sarapan+sehat+dalam+meningkatkan+prestasi+belajar+siswa+dan+pencegahan+stunting+pada+pelajar++SMp+negeri+16+kota+Kupang&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DJNXHU0mhXGAJ

5.      Intje Picauly, Sarah Lery Mboeik, Theresia Sri Lendes dan Sherly Hayer. 2020. Pendampingan Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil yang diperoleh : Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola perumusan program kegiatan dalam penanggulangan stunting di Kabupaten Manggarai Barat. Sumber :http://pergizipanganntt.id/ejpazih/index.php/jpmkelaker/article/view/68

6.      Intje Picauly dan Sarci Magdalena Toy. 2013. Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting Terhadap Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba Timur. Hasil yang diperoleh : Hasil analisis regresi logistik menunjukan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki peluang anaknya mengalami stunting sebesar 0,049 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan pendidikan tinggi. Hal ini berarti bahwa jika pendidikan ibu tinggi maka akan diikuti dengan penurunan kejadian stunting sebesar 3,022. Sumber : https://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/7254

7.      Firmanu Cahyono, Stefanus Pieter Manonga dan Intje Picauly. 2016. Faktor Penentu Stunting Anak Balita pada Berbagai Zona Ekosistem di Kabupaten Kupang. Hasil yang diperoleh : Faktor penentu stunting pada zona ekosistem dataran rendah adalah asupan energi; di zona dataran sedang adalah praktik kasih sayang dan sanitasi lingkungan; dan di zona eksosistem pegunungan adalah sanitasi lingkungan. Terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p<0,05) pada variabel tingkat pendapatan, konsumsi energi, konsumsi protein, jenis makanan, praktik hygiene kesehatan dan praktik kasih sayang terhadap kejadian stunting antar zona ekosistem di Kabupaten Kupang. Sumber : https://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/13164

8.      Maria Magdalena Kurnia Deksiana Ratu, Intje Picauly dan Soleman Landi. 2020. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi, Riwayat Penyakit Infeksi dan Personal Hygiene dengan Pola Konsumsi Ibu Hamil di Daerah Lokus Stunting Kabupaten Timur Tengah Utara. Hasil yang diperoleh : Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan pola konsumsi ibu hamil (Bumil) di Daerah Lokus Stunting Kabupaten Timor Tengah Utara. Tidak ada hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan pola konsumsi ibu hamil (Bumil) di Daerah Lokus Stunting Kabupaten Timor Tengah Utara. Ada hubungan antara personal hygiene dengan pola konsumsi ibu hamil (Bumil) di Daerah Lokus Stunting Kabupaten Timor Tengah Utara. Variabel yang menjadi faktor dominan pola konsumsi ibu hamil di daerah lokus stunting adalah pengetahuan ibu tentang gizi. Sumber : https://pergizipanganntt.id/ejpazih/index.php/filejurnal/article/view/77

9.      Santi Mutiara Purnama Asri. 2018. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dri Keluarga Kurang Mampu Terhadap Kejadian Stunting pada Balita di Kota Semarang. Hasil yang diperoleh : Pola asuh orangtua mempengaruhi ragam dan jenis makanan yang disiapkan untuk dimakan anak. Ada empat pola asuh orangtua yang berkaitan dengan tanggung jawab dan kontrol yaitu pola asuh orangtua yang otoritatif, otoritarian/otoriter, pola asuh yang memanjakan dan pola asuh yang mengabaikan. Sumber : https://drive.google.com/file/d/1a8nzg8HJHK8N9zj3KEClB3Q9FNuLxLOR/view?usp=drivesdk                   

10.  Tanti Asrianti Naim, Nurul Afiah, Dwi Muliyana dan Risva Risva. 2019. Tingkat Pendapatan, Metode Pengasuhan, Riwayat Penyakit Infeksi dan Risiko Kejadian Stunting di Kota Samarinda. Hasil yang diperoleh : Faktor resiko kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Juanda Samarinda adalah tingkat pendapatan keluarga. Sumber : https://journal.unhas.ac.id/index.php/jnik/article/view/6503

Gladia P. Gerungan, Nancy S.H. Nalonda   dan Dina V. Rombot. 2014. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 13-36 Bulan di Wilayah Puskesmas Tuminting Kota Manado. Hasil yang diperoleh : Tidak terdapat hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian Stunting pada anak usia 13-36 bulan di wilayah kerja puskesmas Tuminting kota Manado. Sumber : https://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/JURNAL-GLAUDIA.pdf



C. Pembahasan

                     Stunting merupakan suatu masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Inteligence Quotient  (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).

      Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut TB/U dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Stunting pada anak juga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kematian, masalah perkembangan motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan adanya ketidakseimbangan fungsional (Anwar, Khomsan, dan Mauludyani, 2014).

                     Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga awal bayi lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Schmidt bahwa stunting ini merupakan masalah kurang gizi dengan periode yang cukup lama sehingga muncul gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anak yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya (Schmidt, 2014).

                      Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Masalah gizi, khususnya anak pendek (stunting), menghambat perkembangan anak dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. Stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penyakit infeksi, seperti diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

                      Dampak stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak jangka panjang dan juga ada jangka pendek. Jangka pendek kejadian stunting yaitu terganggunya perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada tubuh. Sedangkan untuk jangka panjangnya yaitu mudah sakit, munculnya penyakit diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke, disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat produktivitas menjadi rendah (Kemenkes RI, 2016).

                     Kejadian stunting menjadi salah satu masalah yang terbilang serius jika dikaitan dengan adanya angka kesakitan dan kematian yang besar, kejadian obesitas, buruknya perkembangan kognitif, dan tingkat produktivitas pendapatan yang rendah. Berbagai permasalahan ini sangat mudah ditemukan di negara –negara berkembang seperti Indinesia (Unicef, 2007).

                      Stunting pada anak yang harus disadari yaitu rusaknya fungsi kognitif sehingga anak dengan stunting mengalami permasalahan dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Stunting pada anak ini juga menjadi faktor resiko terhadap kematian, perkembangan motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan ketidakseimbangan fungsional (Anwar dkk, 2014).

                      Secara umum, kejadian stunting di wilayah kepulauan lahan kering dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :

·         Karakteristik keluarga yang meliputi pendidikan dan pekerjaan ibu

·         Asupan makanan (tingkat kecukupan energi dan protein)

·         Pola asuh yang meliputi pemberian ASI Eksklusif

·         Pelayanan kesehatan yang meliputi status imunisasi

·         Penyakit infeksi (diare dan ISPA)

·         Pemanfaatan sarana sanitasi dasar

                     Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kepulauan lahan kering, dapat disimpulkan bahwa faktor riwayat atau kejadian penyakit infeksi dapat menjadi alasan mendasar sebagai pemicu terjadinya stunting pada anak. Namun, faktor ini tidak berhubungan dengan pola konsumsi pada ibu hamil. Jadi, ada hubungan antara faktor riwayat atau kejadian penyakit infeksi dengan kejadian stunting di wilayah kepulauan lahan kering.

       

 

D. DAFTAR PUSTAKA

Gustaf Oematan, dan Utma Aspartia. 2013. Faktor-Faktor Penentu Kejadian Gizi Buruk Stunting di Daerah dengan Karakteristik Pertanian Lahan  KeringKabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sumber : https://pergizipanganntt.id/ejpazih/index.php/filejurnal/article/view/88

Marselinus Laga Nur dan Lewi Jutomo. 2020. Deteksi Dini Stunting pada Jemaat GMIM Kapernaum Tenau. Sumber : http://pergizipanganntt.id/ejpazih/index.php/jpmkelaker/article/view/73

Esther Gaspersz, Intje Picauly dan Marsida Sinaga. 2018. Hubungan Faktor Pola Konsumsi, Riwayat Penyakit Infeksi dan Personal Hygiene dengan Status Gizi Ibu Hamil di Wilayah Lokus Stunting Kabupaten Timur Tengah Utara. Sumber : https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hubungan+faktor+pola+konsumsi+riwayat+penyakit+infeksi+dan+personal+hygiene+dengan+status+gizi+ibu+hamil+di+wilayah+lokus+stunting+kabupaten+timur+tengah+utara&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DSWaKLXQ4ldMJ

Intje Picauly, Noorce Ch. Berek dan Dianna Apipideli. 2020. Pentingnya Sarapan Sehat dalam Meningkatkan Prestasi Siswa dan Pencegahan Stunting pada Pelajar SMP Negeri 16, Kelas Lx Kota Kupang. Sumber : https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pentingnya+sarapan+sehat+dalam+meningkatkan+prestasi+belajar+siswa+dan+pencegahan+stunting+pada+pelajar++SMp+negeri+16+kota+Kupang&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DJNXHU0mhXGAJ

Intje Picauly, Sarah Lery Mboeik, Theresia Sri Lendes dan Sherly Hayer. 2020. Pendampingan Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sumber : http://pergizipanganntt.id/ejpazih/index.php/jpmkelaker/article/view/68

Intje Picauly dan Sarci Magdalena Toy. 2013. Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting Terhadap Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba Timur. Sumber : https://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/7254

Firmanu Cahyono, Stefanus Pieter Manonga dan Intje Picauly. 2016. Faktor Penentu Stunting Anak Balita pada Berbagai Zona Ekosistem di Kabupaten Kupang. Sumber : https://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/13164

Maria Magdalena Kurnia Deksiana Ratu, Intje Picauly dan Soleman Landi. 2020. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi, Riwayat Penyakit Infeksi dan Personal Hygiene dengan Pola Konsumsi Ibu Hamil di Daerah Lokus Stunting Kabupaten Timur Tengah Utara.Sumber : https://pergizipanganntt.id/ejpazih/index.php/filejurnal/article/view/77

Santi Mutiara Purnama Asri. 2018. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dri Keluarga Kurang Mampu Terhadap Kejadian Stunting pada Balita di Kota Semarang. Sumber : https://drive.google.com/file/d/1a8nzg8HJHK8N9zj3KEClB3Q9FNuLxLOR/view?usp=drivesdk

Tanti Asrianti Naim, Nurul Afiah, Dwi Muliyana dan Risva Risva. 2019. Tingkat Pendapatan, Metode Pengasuhan, Riwayat Penyakit Infeksi dan Risiko Kejadian Stunting di Kota Samarinda. Sumber : https://journal.unhas.ac.id/index.php/jnik/article/view/6503

Gladia P. Gerungan, Nancy S.H. Nalonda   dan Dina V. Rombot. 2014. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 13-36 Bulan di Wilayah Puskesmas Tuminting Kota Manado. Sumber : https://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/JURNAL-GLAUDIA.pdf

https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-stunting-dan-berbagai-cara-mencegahnya-pada-anak

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/02/08/100300123/mengenal.stunting.dan.efeknya.pada.pertumbuhan.anak?page=all

https://www.kajianpustaka.com/2019/08/pengertian-penyebab-dan-pencegahan-stunting.html

Brooks, 2013. Pengertian Penyakit Infeksi.

Mazni R, 2008. Pengertian Penyakit Infeksi.

http://sinergimsas.net/penyebab-penyakit-infeksi-penyebaran-dan-tips-pencegahannya/

Haryati, 2002. Pengertian Lahan Kering.

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/

https://paralegal.id/pengertian/kepulauan/(2014, 17 Oktober). “Pengertian kepulauan menurut UU Nomor 32 Tahun 2014”. Diakses 2 Februari 2020. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALA HUBUNGAN FAKTOR PENDIDIKAN NORMAL DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KEPULAUAN LAHAN KERING oleh Kelompok 1

MAKALAH HUBUNGAN FAKTOR PENDAPATAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KEPULAUAN LAHAN KERING oleh kel 3